This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Rabu, 19 Desember 2012
Closehead Live In SMA Negeri 9
Manfaat Internet Bagi Siswa
Perkembangan dunia pendidikan berlanjut ketika siswa-siswa bisa sedikit bernapas lega karena hadirnya buku tulis. Ketebalan tulis pada zaman ini masih terasa tipis sekali. Hanya orang berduit yang bisa membelinya. Itupun kadang jika lembaran buku telah habis terpaksa ia hapus catatan satu halaman per halaman menggunakan karet penghapus ataupun dicuci dengan sedikit air kemudian dijemur hingga kering.
Pada tahun 2000 atau sering disebut orang sebagai tahun milenium, begitu juga dengan keadaan di Indonesia yang mengalami pembangunan yang cukup signifikan. Keberadaan alat tulis sudah mulai terjamin pada tahun ini. Buku-buku berpenampilan cantik sudah mulai menghiasi ruangan-ruangan kelas. Begitupun dengan alat tulis lainnya seperti pensil, pulpen, penggaris dan lain-lain tampak terhias manis di meja-meja siswa.
Satu dasawarsa kemudian mulai hadirlah komputer sebagai alat kelengkapan belajar bagi siswa. Meski hanya beberapa orang saja yang mampu mempunyai satu unit komputer, tetapi fakta menunjukkan anak yang tidak memiliki pun tidak kalah hebatnya dalam mengoperasikan komputer. Hal ini ditunjang dengan menjamurnya bisnis-bisnis warnet (warung internet) sampai ke pelosok desa. Pada era ini mulailah dampak
manfaat internet bagi siswa bisa dirasakan.
Kebanyakan para siswa ketika mengakses internet di sekolah cukup antusias. Dari hasil survei beberapa waktu yang lalu, pelajaran komputer atau apapun yang menggunakan internet sebagai sarana penunjangnya menjadi pelajaran favorit siswa. Lebih-lebih jika mereka mendapatkan kebebasan untuk berselancar secara bebas di dunia maya. Tentu sebelumnya dilakukan beberapa pemblokiran terhadap situs-situs tertentu oleh pihak sekolah.
Berikut ini beberapa
manfaat internet bagi siswa apabila digunakan sebagai media pelengkap kegiatan belajar mengajar :
1. Meningkatkan semangat siswa dalam belajar
Pembelajaran menggunakan internet sangatlah variatif. Guru bisa menampilkan file-file berupa gambar dan video sebagai variasi dalam pembelajaran. Sehingga para siswa tidak harus menemukan pelajaran berupa teks dan teks saja. Dengan beragam cara mengajar materi menggunakan
manfaat internet bagi siswa inilah, maka siswa bisa menghilangkan rasa bosannya ketika sedang belajar.
2. Menguasai materi lebih mendalam
Penulis buku mungkin menyajikan materinya sebatas sampai 200 halaman saja. Itupun kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bab dan sub-bab materi pelajaran. Dengan
memanfaatkan internet saat kegiatan belajar sedang berlangsung, maka jika dirasa materi masih kurang, guru bisa dengan cepat mencari sumber yang lain. Materi yang dimaksud bisa berupa alat peraga ataupun ilustrasi untuk kebutuhan pemahaman siswa.
3. Meningkatkan rasa ingin tahu siswa
Siswa di Indonesia pada umumnya langsung puas terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Selain karena mungkin pembahasan oleh guru sudah memuat semuanya secara langsung, kebanyakan juga berpikir pada pertanyaan-pertanyaan latihan soal yang ada di buku pelajaran kurang variatif. Misalnya adalah apa yang dimaksud dengan ekosistem? Padahal di halaman sebelumnya terpampang jelas bahwa ekosistem adalah bla bla bla. Dengan adanya internet, siswa bisa menemukan informasi baru yang mungkin belum diketahui olehnya sehingga kesadaran akan bertanya mengenai sesuatu lantas muncul.
4. Efektifitas belajar siswa
Ketika kegiatan belajar sudah menggunakan internet, aktivitas mencatat materi sudah bisa tergantikan. Sebab materi bisa langsung dikirim ke komputer siswa atau dicetak di atas kertas. Sedangkan kegiatan mencatat materi yang selama ini dilakukan bisa diganti menjadi kegiatan membahas materi lebih mendalam atau games edukasi yang berhubungan dengan topik pembahasan.
5. Siswa menjadi lebih kreatif
Di dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan internet, ada baiknya sesekali guru memberikan sentilan positif. Dalam artian guru menyampaikan informasi materi yang bersumber dari luar negeri. Karena berasal dari luar negeri, penggunaan bahasa dalam artikel pun memakai bahasa asing misalnya bahasa inggris. Pada mulanya kemungkinan siswa akan terkejut menghadapi hal ini. Namun ketika mereka telah terbiasa menghadapi kata asing maka hiduplah kesadaran siswa untuk menerjemahkannya secara mandiri tanpa dipandu guru sebelumnya.
Memang dirasakan pembelajaran menggunakan internet masih sangat riskan. Hal ini terjadi karena keabsahan materi yang bisa terbantahkan, kejelasan materi yang patut dipertanyakan serta lain sebagainya. Untuk itulah diperlukan research terlebih dahulu oleh pihak sekolah mengenai bahan ajar yang akan disampaikan sehingga dapat dirasakan
manfaat internet bagi siswa
sumber : http://www.caraoo.com/2012/07/manfaat-internet-bagi-siswa.html
Puisi Tema Pendidikan
sumber : http://wahanakreatifitas.blogspot.com/2010/02/tema-pendidikan-pahlawan-kehidupan.html
Manfaat Internet Bagi Pelajar, Pendidikan dan Masyarakat
1. Memperluas Wawasan dan Ilmu pengetahuan: Memperluas Wawasan dan Ilmu Pengetahuan Camsh pajang di urutan pertama karena berdasarkan pengalaman yang Camsh alami adalah ketika kita sedang mencari tugas di internet tanpa kita sadari setiap halaman Webiste yang kita buka pasti kita akan baca walaupun itu bukan tugas yang sobat inginkan, Namun ada juga sebagian siswa yang tergolong orang yang HG alias Harap Gampang pasti tinggal CTRL C trus CTRL V di Word nah ini bukan tujuan sebenarnya dari Internet.
1. Internet sebagai sumber informasi tentang hal apapun tentu akan sangat membantu kehidupan masyarakat. Bagi mereka yang bekerja di bidang pendidikan, bidang literasi, atau bidang kesenian, bisa mencari berbagai informasi dari internet.
Membangun Karakter Siswa
Setidaknya, guru-guru yang memenuhi syaratlah yang menjadi role model utama bagi siswa (Lumpkin, 2008). Lebih-lebih, mereka punya kesempatan untuk membentuk karakter siswa, misalnya, dengan melaksanakan saling menghargai dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran (Lickona, 1991). Namun, guru-guru saat ini pun dalam kesehariannya harus berhadapan dengan pembelajaran mengejar kurikulum dan berorientasi kepada tes siswa ketimbang pengembangan karakter siswa. Hasilnya, pendidikan kebut hasil tes, yang dalam bahasa Aceh saya gunakan istilah karattes atau kebut belajar untuk tes.
Pendidikan yang lebih mengutamakan hasil tes akan cenderung mengabaikan prosesnya. Sedangkan pendidikan karakter memerlukan pelibatan proses pengembangan kognitif sekaligus sosial siswa. Lebih-lebih, pengetahuan umumnya dikonstruksi bersama dengan cara berinteraksi dengan para siswa lain dan atau guru. Pendidikan seperti ini akan membantu melahirkan siswa yang menghargai pendapat orang lain meskipun amat berbeda dengan pendapatnya, mampu bekerja dalam tim, dan mengutamakan kemampuan pengambilan keputusan secara bersama-sama.
Karena belajar sifatnya interaktif, bahasa merupakan alat yang sangat besar perannya. Penggunaan bahasa-bahasa yang sifatnya mengajak, bahasa menghargai pendapat orang lain, bahasa yang mengandung harapan kemajuan, dan sejenisnya. Namun, yang dikuatirkan kalau ada guru atau dosen yang karena merasa ilmunya hebat, dengan angkuh menggunakan bahasa-bahasa yang sifatnya mengejek, menjatuhkan martabat, dan sejenisnya. Ini bisa dikatakan sebagai oknum yang cacat karakter baik dalam berbahasa. Padahal sebagian karakter manusia ditunjukkan lewat bahasa yang digunakannya.
Bukan hanya itu, cacat dari segi karakter juga, disengaja atau tidak,bisa juga terjadi dalam dunia pendidikan secara hirarkis. Misalnya, kalau sekolah-sekolah dalam suatu kecamatan banyak yang tidak lulus ujian nasional, maka para kepala sekolahnya akan diberikan sanksi tertentu. Lantas para kepala sekolah pun bahasa-bahasa ancaman kepada guru-gurunya. Mulailah para guru bergerilya mempersiapkan siswa-siswanya dengan soal-soal ujian yang begitu banyak. Dan ada juga yang membantu siswa menjawab soal ketika ujian. Inilah yang terjadi bila pendidikan lebih mengutamakan pada hasil tes.
Dilihat dari perspekstif pendidikan karakter, proses seperti itu malah mendegradasi karakter guru dan menjadi pelajaran buruk bagi pembentukan karakter siswa. Pada kasus memberikan kunci jawaban kepada murid-muridnya, guru telah mengorbankan idealismenya demi hasil tes. Kebenaran telah tergantikan dengan pembenaran (yang salah). Disadari atau tidak, ini adalah praktek yang merusak nilai pendidikan dan menghancurkan pilar-pilar pembentuk karakter siswa. Karakter kejujuran menjadi terkorbankan demi hasil berbentuk angka-angka tinggi.
Bila hal ini terpelihara dalam sistem pendidikan kita, para penyelenggara pendidikan akan menjadi bagaikan robot. Sebagaimana lazimnya, robot hanya menjalankan tugas-tugas yang sudah diprogramkan dalam mesinnya, tanpa melibatkan unsur-unsur psikologis, tanpa mampu memikirkan nilai-nilai kemanusiaan, perbedaan kepentingan manusia, atau potensi yang berbeda yang dimiliki masing-masing siswa, dan lain-lain.
Adanya pendidikan seperti ini kiranya tak terlepas dari faktor kultural dan historis yang diterima secara pasif. Pendidikan yang hanya membentuk anak untuk menerima saja secara pasif, tanpa mempertanyakan mengapa demikian. Budaya seperti ini biasanya terjadi pada orang-orang yang pernah dijajah, yang harus tunduk kepada pihak penjajah, agarnya hegemoninya terus berlangsung. Budaya seperti ini kadangkala dibawa ke dalam kelas belajar, apalagi kelas merupakan wilayah produksi dan reproduksi budaya.
Budaya seperti ini pada saatnya akan melahirkan masyarakat yang pasif. Lihatlah bagaimana rakyat terus dirundung kemiskinan, tetapi tidak gencar mempertanyakan mengapa terus miskin. Padahal kemiskinan tidak bisa hanya dilihat secara mikro (pada orang miskin saja), tetapi penting melihat secara makro (pada institusi negara dan bahkan agenda global). Bisa saja mencurigai kemiskinan tak luput dari agenda politik global. Apalagi akan sangat terbuka kesempatan menguasai dunia bila terdapat banyak orang miskin dan kurang ilmu pengetahuan. Sebagaimana diketahui, kapitalis menguasai sumber-sumber dunia lewat privatisasi dan liberalisasi. Hanya sebahagian orang saja, terutama orang-orang yang terlibat dalam negosiasi, yang beruntung, sedangkan rakyat jelata akan terus buntung.
Padahal di sejumlah negara (seperti Arab Saudi) terbukti, nasionalisasi perusahaan-perusahaan besar yang mengeruk kekayaan alam di negerinya merupakan solusi mujarab untuk mengentaskan kemiskinan. Namun, mengapa ini tidak dijalankan dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia, termasuk di Aceh? Mengapa pengentasan kemiskinan penduduk yang begitu besar persentasenya hanya dijalankan dengan proyek cilet-cilet dan dengan dana kecil? Dan, mengapa masyarakat banyak diam tidak mempertanyakannya? Tidak tertutup kemungkinan keadaan masyarakat seperti ini lahir dari rahim pendidikan pasif.
Dalam politik lokal pun, banyaknya orang miskin dan kurang pengetahuan merupakan suatu peluang. Dengan sedikit “pemberian” saja, banyak orang miskin akan mengorbankan idealismenya untuk memilih orang-orang tertentu, meskipun tidak punya kapasitas, dalam Pilkada, misalnya. Padahal memilih orang-orang yang kurang mampu atau terlalu berorientasi bisnis bisa menambah lama masa dan parah kemiskinan masyarakat, karena yang dipilih lebih beriorientasi memperkaya diri ketimbang memakmurkan rakyatnya dan merusak tatanan pemerintahan. Apalagi sudah lazim terjadi, orang yang sudah banyak mengeluarkan modalnya, akan lebih mengutamakan upaya untuk pengembalian modalnya berkali lipat.
* Penulis adalah mahasiswa PhD Pendidikan, Deakin University, Australia.
sumber : http://aceh.tribunnews.com/2012/04/01/membangun-karakter-siswa